Orang Indonesia Ternyata Ada yang Sukses Bisnis Properti di Jepang
Posted on Jumat, 07 Juli 2017 - 13:47:49 WIB by danu
Prestasi orang Indonesia di Jepang cukup banyak. Hanya saja banyak dari mereka yang low profile, malu-malu tak mau diungkapkan. Satu dari sekian banyak yang berhasil bisnis properti di Jepang, seorang wanita Indonesia kelahiran Jakarta, 11 February 1981, Windy Ariyanto. Berkat dia banyak orang Indonesia terutama pelajar yang tertolong.
Banyak orang asing yang ingin menggunakan jasa perusahaan property (real-estate) terbesar Jepang, namun sering ditolak oleh pemilik rumah. Alasannya, tidak bisa bahasa Jepang, orang Indonesia (asing) dan sebagainya, ketakutan komunikasi kalau terjadi sesuatu. Keadaan tersebut masih saja sama sampai sekarang. Sulit sekali menyewa rumah atau tempat tinggal bagi orang asing, apalagi seorang pelajar Asia yang dianggap tidak punya uang. Tidak seperti di Indonesia, apabila punya uang dengan mudah membayar di muka dan menyewa rumah, tak perlu surat jaminan dari siapa pun.
Itulah sebabnya Windy Ariyanto memilih bisnis ini, membeli sejumlah rumah atau apartemen, lalu menyewakan kepada orang asing terutama orang Indonesia. “Hal positif menyewakan apartemen di Jepang ya karena hukum dan aturan jelas sehingga penyewa tidak bisa merusak barang seenaknya apalagi kabur nggak bayar,” paparnya seperti dilansir Tribunnews.
Selain itu tambahnya, pemilik juga tidak bisa seenaknya mengusir penyewa kalau tidak suka.
“Paling penting saya bisa bantu mahasiswa-mahasiswa asing yang memang butuh tempat tinggal, terutama orang Indonesia, di mana mereka sering ditolak sana sini karena tidak bisa bahasa Jepang atau karena orang asing,” ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan dampak negatif nya, “Apa ya.. ya kalau apartemennya sudah butuh perbaikan dan renovasi saja pasti membutuhkan banyak uang,” kata Windy.
Windy tidak meminta deposit money dari awalnya karena memberatkan penyewa.
“Makanya key money-deposit kita tidak minta. Cuma cleaning fee saja buat bersih-bersih kalau sudah ke luar,” tambah istri dua anak, perempuan dan lelaki yang baru lahir Oktober 2013, Joshua Minoru Sunarno.
Harga rumah yang disewakan berkisar 45.000 hingga 60.000 yen per bulan (Rp 5,175 juta hingga Rp 6,9 juta). Lokasinya di Tachikawa, ada 2, dibeli tahun 2004, lalu beli di Koenji, Hachioji satu buah, lalu beli lagi di Nakano satu gedung besar dibagi 8 kamar.
“Pada awalnya karena dulu suami waktu kuliah di Jepang kesulitan mencari apato karena ooyasan orang Jepang tidak suka gaijin (orang asing) dan ribet harus ada guarantor macam-macam,” ceritanya lagi.
Lalu 7 Januari 2009 dia mendirikan perusahaan Jepang AGS (Ace Global Service Co Ltd) merupakan perusahaan bisnis konsultasi. “Kalau untuk properti kita main pribadi tidak pakai perusahaan. Sedangkan AGS di bidang business consulting untuk perusahaan Jepang yang mau ke Indonesia,” jelas Windy.
Selain itu usaha Windy juga memasok tas Indonesia ke Jepang. “Tasnya bahan Indonesia, pakai kain kimono Jepang, disanding dengan yukata/kimono,” ungkapnya.
Windy memang orang yang sukses di Jepang, bantuannya kepada masyarakat Indonesia cukup besar khususnya para pelajar yang kesulitan tempat tinggal di Tokyo. Inilah mungkin kelebihan Jepang, di mana orang asing pun dengan mudah bisa memiliki property tanpa permasalahan apapun. Tentu kalau kita punya uang cukup besar.
Sebagai catatan, satu apartemen, tergantung wilayah juga, yang murah biasanya bisa dibeli dengan harga sekitar 5 juta yen satu unit (Rp 575 juta). Apabila memiliki lima property berarti Windy telah investasi di Jepang sedikitnya 25 juta yen (Rp 2,875 miliar). Dengan 12 kamar disewakan apabila penuh dan harga seandainya 45.000 yen sebulan (Rp 5,175 juta), berarti penghasilan Windy pun sebulan sedikitnya 540.000 yen sebulan (Rp 62,1 juta).
Banyak orang asing yang ingin menggunakan jasa perusahaan property (real-estate) terbesar Jepang, namun sering ditolak oleh pemilik rumah. Alasannya, tidak bisa bahasa Jepang, orang Indonesia (asing) dan sebagainya, ketakutan komunikasi kalau terjadi sesuatu. Keadaan tersebut masih saja sama sampai sekarang. Sulit sekali menyewa rumah atau tempat tinggal bagi orang asing, apalagi seorang pelajar Asia yang dianggap tidak punya uang. Tidak seperti di Indonesia, apabila punya uang dengan mudah membayar di muka dan menyewa rumah, tak perlu surat jaminan dari siapa pun.
Itulah sebabnya Windy Ariyanto memilih bisnis ini, membeli sejumlah rumah atau apartemen, lalu menyewakan kepada orang asing terutama orang Indonesia. “Hal positif menyewakan apartemen di Jepang ya karena hukum dan aturan jelas sehingga penyewa tidak bisa merusak barang seenaknya apalagi kabur nggak bayar,” paparnya seperti dilansir Tribunnews.
Selain itu tambahnya, pemilik juga tidak bisa seenaknya mengusir penyewa kalau tidak suka.
“Paling penting saya bisa bantu mahasiswa-mahasiswa asing yang memang butuh tempat tinggal, terutama orang Indonesia, di mana mereka sering ditolak sana sini karena tidak bisa bahasa Jepang atau karena orang asing,” ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan dampak negatif nya, “Apa ya.. ya kalau apartemennya sudah butuh perbaikan dan renovasi saja pasti membutuhkan banyak uang,” kata Windy.
Windy tidak meminta deposit money dari awalnya karena memberatkan penyewa.
“Makanya key money-deposit kita tidak minta. Cuma cleaning fee saja buat bersih-bersih kalau sudah ke luar,” tambah istri dua anak, perempuan dan lelaki yang baru lahir Oktober 2013, Joshua Minoru Sunarno.
Harga rumah yang disewakan berkisar 45.000 hingga 60.000 yen per bulan (Rp 5,175 juta hingga Rp 6,9 juta). Lokasinya di Tachikawa, ada 2, dibeli tahun 2004, lalu beli di Koenji, Hachioji satu buah, lalu beli lagi di Nakano satu gedung besar dibagi 8 kamar.
“Pada awalnya karena dulu suami waktu kuliah di Jepang kesulitan mencari apato karena ooyasan orang Jepang tidak suka gaijin (orang asing) dan ribet harus ada guarantor macam-macam,” ceritanya lagi.
Lalu 7 Januari 2009 dia mendirikan perusahaan Jepang AGS (Ace Global Service Co Ltd) merupakan perusahaan bisnis konsultasi. “Kalau untuk properti kita main pribadi tidak pakai perusahaan. Sedangkan AGS di bidang business consulting untuk perusahaan Jepang yang mau ke Indonesia,” jelas Windy.
Selain itu usaha Windy juga memasok tas Indonesia ke Jepang. “Tasnya bahan Indonesia, pakai kain kimono Jepang, disanding dengan yukata/kimono,” ungkapnya.
Windy memang orang yang sukses di Jepang, bantuannya kepada masyarakat Indonesia cukup besar khususnya para pelajar yang kesulitan tempat tinggal di Tokyo. Inilah mungkin kelebihan Jepang, di mana orang asing pun dengan mudah bisa memiliki property tanpa permasalahan apapun. Tentu kalau kita punya uang cukup besar.
Sebagai catatan, satu apartemen, tergantung wilayah juga, yang murah biasanya bisa dibeli dengan harga sekitar 5 juta yen satu unit (Rp 575 juta). Apabila memiliki lima property berarti Windy telah investasi di Jepang sedikitnya 25 juta yen (Rp 2,875 miliar). Dengan 12 kamar disewakan apabila penuh dan harga seandainya 45.000 yen sebulan (Rp 5,175 juta), berarti penghasilan Windy pun sebulan sedikitnya 540.000 yen sebulan (Rp 62,1 juta).