Ingin Konstruksi yang Tahan Gempa? Ini Dia, Sarang Laba-Laba!
Posted on Kamis, 20 Juli 2017 - 10:47:30 WIB by danu
Konstruksi yang mampu mengikuti arah gempa, baik horisontal maupun vertikal sehingga bangunan tak ambruk karena gempa, sering dicari. Sebenarnya model konstruksi seperti apakah yang bisa memenuhi kebutuhan akan bangunan yang tahan gempa?
Pakar konstruksi bangunan dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Ryantori, dikabarkan telah mengembangkan Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) untuk bangunan yang tahan gempa.
"KSLL ini satu-satunya sistem fondasi yang terbukti dan teruji mampu menyelamatkan gedung-gedung yang menggunakannya saat gempa dahsyat 9,3 Skala Richter (SR) yang menghancurkan Aceh, dengan rasio keberhasilan 100 persen," kata Ryantori yang dilansir antaranews.com, Selasa (28/3).
Ketika Aceh luluh-lantak oleh gempa pada 26 Desember 2004, ada 32 gedung yang selamat karena menggunakan KSLL. Juga pada 30 September 2009 ketika Kota Padang hancur terkena gempa 8,4 SR, ada 65 gedung yang 100 persen juga selamat karena menggunakan KSLL.
Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi karena KSLL merupakan suatu konstruksi yang menyatu, kaku, dan saling mendukung antara konstruksi beton dan perbaikan tanah.
KSLL berupa beton bertulang menyerupai sarang laba-laba dan tanah yang dipadatkan. Sistem fondasi pertama di dunia ini mampu membuat tanah juga berfungsi sebagai struktur.
Menurut Ryantori, konstruksi yang telah dikembangkannya sejak 1976 itu telah digunakan untuk lebih dari 700 gedung di Indonesia. Sebut saja di Aceh, Padang, Bengkulu, Jambi, Sulut, Sulteng, NTB hingga Papua. Sekitar 150 gedung di antaranya sempat terkena gempa, namun bisa tetap kokoh berdiri.
Paten KSLL kini sudah merupakan seri ke-3 yang terbit awal 2017 dan menyempurnakan paten seri sebelumnya, yakni seri 1 terbit pada 1979 dan seri 2 pada 2007. Paten seri 3 ini telah ditambah perangkat pasak vertikal yang berfungsi meratakan jika terjadi penurunan bangunan.
Pembangunan gedung dengan KSLL ini juga tak butuh waktu lama. Tinggal pasang di lokasi. Selain itu, juga lebih hemat karena tidak membutuhkan tiang pancang dalam. Lebih banyak menyerap tenaga kerja karena tidak ada pekerjaan yang membutuhkan alat berat.
Fondasi ini cocok sebagai dasar bangunan bertingkat 2 hingga 8 yang dibangun di atas tanah lunak. Jika terjadi penurunan tanah, maka akan merata di semua bidang. Masing-masing kolom dijepit dengan rusuk-rusuk beton yang saling mengunci.
KSLL telah digunakan antara lain untuk gedung RRI di Surabaya, lapangan kontainer Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kantor dinas perhubungan di Banda Aceh, gedung DPRD Sumbar di Padang, Bandara Hang Nadim Batam, CTI Building di Manado, departemen logistik kepolisian di Jakarta Timur, serta kantor hukum dan HAM Papua.
Konstruksi jenis ini bukan hanya untuk mengantisipasi kemungkinan kerusakan bangunan dan kerugian materi yang cukup besar karena gempa, melainkan juga mencegah kemungkinan korban luka dan tewas tertimpa bangunan.
Pakar konstruksi bangunan dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Ryantori, dikabarkan telah mengembangkan Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) untuk bangunan yang tahan gempa.
"KSLL ini satu-satunya sistem fondasi yang terbukti dan teruji mampu menyelamatkan gedung-gedung yang menggunakannya saat gempa dahsyat 9,3 Skala Richter (SR) yang menghancurkan Aceh, dengan rasio keberhasilan 100 persen," kata Ryantori yang dilansir antaranews.com, Selasa (28/3).
Ketika Aceh luluh-lantak oleh gempa pada 26 Desember 2004, ada 32 gedung yang selamat karena menggunakan KSLL. Juga pada 30 September 2009 ketika Kota Padang hancur terkena gempa 8,4 SR, ada 65 gedung yang 100 persen juga selamat karena menggunakan KSLL.
Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi karena KSLL merupakan suatu konstruksi yang menyatu, kaku, dan saling mendukung antara konstruksi beton dan perbaikan tanah.
KSLL berupa beton bertulang menyerupai sarang laba-laba dan tanah yang dipadatkan. Sistem fondasi pertama di dunia ini mampu membuat tanah juga berfungsi sebagai struktur.
Menurut Ryantori, konstruksi yang telah dikembangkannya sejak 1976 itu telah digunakan untuk lebih dari 700 gedung di Indonesia. Sebut saja di Aceh, Padang, Bengkulu, Jambi, Sulut, Sulteng, NTB hingga Papua. Sekitar 150 gedung di antaranya sempat terkena gempa, namun bisa tetap kokoh berdiri.
Paten KSLL kini sudah merupakan seri ke-3 yang terbit awal 2017 dan menyempurnakan paten seri sebelumnya, yakni seri 1 terbit pada 1979 dan seri 2 pada 2007. Paten seri 3 ini telah ditambah perangkat pasak vertikal yang berfungsi meratakan jika terjadi penurunan bangunan.
Pembangunan gedung dengan KSLL ini juga tak butuh waktu lama. Tinggal pasang di lokasi. Selain itu, juga lebih hemat karena tidak membutuhkan tiang pancang dalam. Lebih banyak menyerap tenaga kerja karena tidak ada pekerjaan yang membutuhkan alat berat.
Fondasi ini cocok sebagai dasar bangunan bertingkat 2 hingga 8 yang dibangun di atas tanah lunak. Jika terjadi penurunan tanah, maka akan merata di semua bidang. Masing-masing kolom dijepit dengan rusuk-rusuk beton yang saling mengunci.
KSLL telah digunakan antara lain untuk gedung RRI di Surabaya, lapangan kontainer Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kantor dinas perhubungan di Banda Aceh, gedung DPRD Sumbar di Padang, Bandara Hang Nadim Batam, CTI Building di Manado, departemen logistik kepolisian di Jakarta Timur, serta kantor hukum dan HAM Papua.
Konstruksi jenis ini bukan hanya untuk mengantisipasi kemungkinan kerusakan bangunan dan kerugian materi yang cukup besar karena gempa, melainkan juga mencegah kemungkinan korban luka dan tewas tertimpa bangunan.