Milenial, Belum Punya Rumah Sendiri? Jangan-Jangan Penyebabnya Adalah...
Posted on Rabu, 19 Juli 2017 - 13:38:07 WIB by danu
Konon, waktu yang tepat untuk kontempelasi berbagai permasalahan dalam hidup. Eits, jangan terbawa perasaan dulu, alias baper!
Ga semua masalah itu terkait percintaan seperti yang seringkali dialami golongan milenial. Ada yang layak mendapat perhatian lebih besar lagi, yakni mau tinggal di mana nanti
Kelompok milenial kini memang tengah menjadi sorotan terkait kepemilikan hunian. Kamu yang belum memiliki hunian, coba deh pikirkan pertanyaan ini.
Terlalu Pemilih?
Seringkali anggapan bahwa karena harganya tidak terjangkau itu tidak selalu benar. Rumah idaman dalam angan biasanya terlalu ideal.
Bayangkan, rumah berada di lokasi strategis atau pusat kota, dengan luasan tanah dan besaran bangunan yang luar biasa. Nah, dengan klasifikasi demikian, tentu harganya juga luar biasa, bukan?
Begitu menjadi bagian dari sektor properti, kesempatan untuk meng-up-grade hunian itu terbuka lebar. Bisa dengan menjual properti yang sudah berhasil dimiliki, atau menjadikannya agunan pembelian berikutnya.
Gaya hidup penuh keinginan berlebih, kadang harus ditulis di nomor urut agak buncit terlebih dulu. Untuk sekarang, yang terpenting itu punya properti dulu.
Sedikit Berkorban
Berkorban menjadi kata yang bisa jadi tidak disukai banyak orang. Dengar kata itu, pikiran langsung melayang dalam kesusahan yang berlebihan.
Untuk punya properti sendiri, pengorbanan bentuknya bisa harus menabung, atau membayar cicilan bertahun-tahun. Berapa lama sih pengorbanan itu akan berlangsung?
Ga semua masalah itu terkait percintaan seperti yang seringkali dialami golongan milenial. Ada yang layak mendapat perhatian lebih besar lagi, yakni mau tinggal di mana nanti
Kelompok milenial kini memang tengah menjadi sorotan terkait kepemilikan hunian. Kamu yang belum memiliki hunian, coba deh pikirkan pertanyaan ini.
Terlalu Pemilih?
Seringkali anggapan bahwa karena harganya tidak terjangkau itu tidak selalu benar. Rumah idaman dalam angan biasanya terlalu ideal.
Bayangkan, rumah berada di lokasi strategis atau pusat kota, dengan luasan tanah dan besaran bangunan yang luar biasa. Nah, dengan klasifikasi demikian, tentu harganya juga luar biasa, bukan?
Begitu menjadi bagian dari sektor properti, kesempatan untuk meng-up-grade hunian itu terbuka lebar. Bisa dengan menjual properti yang sudah berhasil dimiliki, atau menjadikannya agunan pembelian berikutnya.
Gaya hidup penuh keinginan berlebih, kadang harus ditulis di nomor urut agak buncit terlebih dulu. Untuk sekarang, yang terpenting itu punya properti dulu.
Sedikit Berkorban
Berkorban menjadi kata yang bisa jadi tidak disukai banyak orang. Dengar kata itu, pikiran langsung melayang dalam kesusahan yang berlebihan.
Untuk punya properti sendiri, pengorbanan bentuknya bisa harus menabung, atau membayar cicilan bertahun-tahun. Berapa lama sih pengorbanan itu akan berlangsung?